Wednesday 21 March 2012

PILIH ONTA ATAU TELUR BURUNG PIPIT ??



Agama islam adalah agama yang syarat akan kedisiplinan, terutama dalam hal ibadah. Amaliah sunnah yang selalu dilakukan oleh rasulullah merupakan pedoman bagi kaum muslimin untuk menutupi kekurangan ibadah wajib syari’ah. Ibarat dagangan amaliah fardlu itu adalah hasil dari penjualah modal pokok, sedangkan amalia sunnah merupakan labanya. Maka dari itu, kita mencari pewaris para ulama’ seyogyanya mencari laba dari sunnah-sunnah nabi sebanyak mungkin.
Islam adalah agama yang bahagia dihari jum’at. Hari jum’at merupakan hari-hari yang mulia dibanding hari-hari yang lain. Dimana pada hari itu semua ibadah dilipat gandakan pahalanya oleh yang maha pengasih. Kenapa demikian? Karena komposisi pada hari itu berbeda dengan hari lainnya. Dihari itu ada sholat jum’at, yang keistimewaan nya tak perlu ditannyakan, pada hari itu pula dunia dan seluruh alam diciptakan, dan konon pada hari itu pula seluruh alam semesta akan dimusnakan.
Rasulullah menganjurkan kepada umatnya untuk datang lebih awal dalam ritual mingguan umat islam. Hal itu berdasar pada hadits shohih:”barang siapa datang kemasjid untuk sholat jum’at setelah mandi janabah (mandi pada hari jum’at yang seperti mandi janabah), apabila datangnya pada saat pertama, maka mendapat pahala seperti berqurban unta, pada saat kedua seperti qurban sapi, pada saat ketiga seperti qurban kambing gibas yang telah bertanduk, pada saat keempat seperti ayam babon (ayam yang sudah besar menurut kebiasaan) pada saat kelima seperti sebesar burung pipit, pada saat keenam sebesar pahala qurban sebutir telur”.
Enam waktu diatas dimulai dari fajar hingga sang khotib keluar dari rumahnya. Namun ironisnya, tak banyak orang-orang yang berbondong-bondong datang dari awal, mereka lebih hobi menjadi yang terakhir.
Tak banyak yang mengetahui akan besarnya pahala yang dapat dijarah pada hari jum’at, sehingga mereka menganggap hari jum’at tak lebih istimewa dari hari-hari yang lain. Fenomena serupa juga terjadi dikalangan mahasiswa yang berdomisili di ma’had, bahkan tak jarang mereka datang lebih akhir dari khalayak awam.
Selai tidak tau akan emas dibalik jum’at yang dianggap sepele. Banyak juga yang tidak menjaga tata karma dalam menyambut jum’at, terlebih sholat jum’at. Para pemuda desa datang kemasjid, dengan pakaian seadanya, kaos pendek, terkadang tanpa kopyah, disela-sela jari terselip sebatang rokok yang mengepul, mendengar khutbah sambil lalu, dengan tak berhenti ngobrol sana-sini, bahkan tidak menghadap kekiblat, tapi timur, sungguh tragis nasib islam pada masa kini.
Padahal jangankan bergurau saat khutbah, bicara, atau menginggatkan orang lain yang bicara saja dilarang, karena dapat menghilangkan pahala sholat jum’at itu sendiri. Lalu bagai mana dengan praktek yang ada?
Tapi, masalah itu tak perlu dikhawatirkan bagi kaum mahasiswa, mereka lebih faham akan hukumnya. Tapi kesunahan menengklengkan kepala saat khutbah berlangsung, apakah masi menjadi tradisi?, jawabannya; masih. Memang banyak dijumpai saat khotib memaparkan petuah-petuah agung, banyak yang terbuai oleh mimpi, sambil menengklengkan kepala, tentunya karena tidur bukan karena khusuk mendengarkan khutbah, parah. Saat dituding para pelakuh berdalih, tidur lebih baik dari pada berbicara, okelah , tapi tidak tidur, menyimak dan berbicara lebih baik dari tidur apalagi bicara.
Selain itu tren lamcing (salam plencing) habis salam langsung angkat sajadah semakin digandrumi, tanpa ada dzikir lain, tak ada fatihah tujuh kali, muawwidzatain tujuh kali, jangankan itu istighfar saja tidak. Padahal jika mau melakukan hal tersebut, wah jaminan do’a nya terkabul sangat besar peluangnya, serta, diampuni dosanya yang telah lewat dan akan terjadi serta dianugrahi pahala sebanyak orang yang beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW.
Tugas kita sekarang sebagai kader masa depan untuk memberikan uswatun hasanah, dengan menjalankan apa yang harus dijalankan.


By : putra mahkota kerajaan langit

No comments :