Wednesday 21 March 2012

supporter.jpgNASIONALISME ALA SUPPORTER


Nasionalisme ! seperti sebuah kata yang sering digembar-gemborkan banyak orang. Yah, entah itu saat ada pertandingan bola, olimpiade, atau apa saja yang bersangkutan dengan harga diri bangsa yang dipertaruhkan dalam lomba. Tetapi sekarang menjaadi pertanyyaan, apakah nasionalisme hanya ada saat pertandingan saja? Lalu mana lealisasi pancasila yang selalu didengang-dengungkan itu? Atau hanya sebuah symbol Negara yang kosong isinya?
1 juni 1945, banyak orang yang mengatakan sebagai hari kebangkitan pancasila, sebuah gagasan yang terlahir dari keinginan bung karno akan tercetusnya Negara Indonesia yang berbasis nasionalis agamis yang menjunjung tinggi NKRI. Basis yang dimaksud bukan basis kebangsaan, tapi basis kemanusiaan yang menjunjung tinggi manusia yang lain baik dalam adat, buda dan juga agama atau keyakinan.
Tapi prakteknya, ideology pancasila yang sebenarnya untuk mempersatukan bangsa dan juga menjunjung tinggi kemanusiaan serta menunjukkan pada setiap bangsa akan kerukunan dan rasa kebersamaan, yang ada malah nilai-nilai luhur itu justru harus terhapus dan terbuang dengan menjamurnya budaya-budaya barat serta budaya-budayanya yang telah tercerminkan sebuah nafsu hewani. Dan kini kita juga layak protes dan juga kecewa, bila nasionalis kita telah salah kaprah dan juga luntur.
Mengurai sedikit tentang isi kandungan pancasila, kita bisa menyimpulkan sebuah gagasan bahwa gambaran tentang tercetusnya pancasila adalah sebuah keinginan orang-orang terdahulu akan terbentuknya sebuah Negara yang lebih menonjol sebuah kerukunan, walau banyak corak dalam suku, bangsa, adat istiadat, dan juga keyakinan yang berbeda-beda. Dan ini, tidak menjasdi sebuah perpisahan atau perpecahan.
Bila kita urai tentang nilai-nilai yang ada pada pancasila mungkin bisa menghasilkan : Pertama; keyakinan tentang adanya sang pencipta atau yang bisa disebut dengan ketauhidan.
Kedua; terceminnya sosok manusia yang berbudi pekerti dan juga mepunyai sebuah keadilan dalam member hukum dan tidak menang sendiri.
Ketiga; sebuah kesatuan yang tercermin dari cinta tanah air, cinta bahsa, cinta adat dan budaya.
Keempat; rakyat yang selalu taat akan kewajiban sebagai rakyat, serta kepemerintaan yang mau menempatkan rakyat bukan sebagai bawahan, tapi sebagai orang-orang yang dilayani dan didengarkan aspirasinya. Dan tentu bukan menetapkan sebuah keputusan hanya dengan satu kepala dan menjadikan keputusan itu tidak bijak.
Kelima; sebuah gambaran Negara yang memang benar-benar didirikan adalah untuk mengayomi, melindungi dan mengetas kemiskinan bagi semua rakyat yang dipimpinya.
Dari kelima sila tersebut sudah begitu jelas dan nyata, bahwa nasionalis bukan hanya sebuah simbolis dalam dukungan sebuah pertandingan, tapi juga symbol kerukunan, pemertahanan kebuidayaan, ketaatan dalam kerakyatan, keyakinan dalam ketauhidan dan keadilan dalam memimpin bukan penyelewengan. Karna setiap orang akan ditanyai apa yang menjadi kewajibannya, sebagaimana yang terkandung dalam hadis rasulullah Saw yang diriwayatkan imam nukhori dan imam muslim, yang artinya: setiap orang akan ditanyai apa yang dipimpinnya .
By : putra mahkota kerajaan langit

No comments :